Sinopsis Novel 'The Pearl' karya John Steinbeck


 'The Pearl' adalah sebuah novella (novel pendek) yang ditulis oleh seorang Amerika bernama John Ernst Steinbeck Jr. pada musim dingin tahun 1944. Isi novel ini merupakan pengembangan dari sebuah kisah yang pernah ia dengar di pinggiran California. Menurut cerita masyarakat disana, kisah tentang penemuan sebuah 'Mutiara Raksasa' adalah suatu kebenaran. Akan tetapi banyak orang meragukannya sehingga cerita tersebut akhirnya dinobatkan sebagai dongeng belaka. 

Berikut ini sinopsis novel 'The Pearl' John Steinbeck yang telah saya tulis dalam bahasa Indonesia.

Tersebutlah Kino, seorang nelayan pencari mutiara yang hidup di sebuah gubuk kecil di tepi pantai dekat La Paz, dengan istrinya Juana dan putera tunggal mereka Coyotito. Mereka hidup tenteram dan damai sampai sebuah bencana berupa seekor kalajengking yang menyengat putera kesayangan mereka yang masih bayi pada suatu pagi. Melihat itu, Juana langsung mengangkat anaknya yang menjerit kesakitan dan menghisap bekas sengatan di pundak bocah kecil itu. Sementara Kino dengan geram menangkap kalajengking yang telah melukai puteranya lalu menggenggam dan meremasnya keras dengan kedua tangannya sehingga binatang itu hancur. Dengan wajah panik Juana menginginkan bantuan seorang dokter untuk mengobati buah hatinya. Sebuah keinginan yang ganjil karena masyarakat di lingkungan mereka tidak pernah mengenal seorang dokter. Mereka hanya memanfaatkan alam sekitar untuk mengobati sesuatu.

Berjalanlah Juana sambil menggendong Coyotito diiringi oleh suaminya dan diikuti oleh para tetangga sekitar yang ingin tahu apa yang akan dilakukan seorang dokter kepada si sakit dari kalangan mereka. Barisan kecil itu berjalan dari desa menuju ke kota tempat si dokter tinggal. Setibanya di rumah dokter, ia yang berwatak arogan, tamak dan sombong mengetahui dari golongan mana calon pasiennya berasal sehingga ia menyuruh pelayannya untuk mengusir rombongan Kino dan tetangganya karena ia menduga bahwa mereka tidak akan mampu membayar biaya pengobatan. Mengetahui hal itu, Kino merasa sangat terhina oleh perlakuan sang dokter dan bereaksi dengan menghantamkan tinjunya ke pintu gerbang rumah dokter tamak itu sehingga mengalir darah di sela-sela jari tangannya.

Dengan langkah gontai berjalanlah keluarga kecil itu kembali ke desa masih diikuti tetangganya yang setia. Sesampai di desa, Kino dan Juana yang masih menggendong bayinya berjalan menuju kano (perahu kecil) yang biasa dipakai oleh nelayan untuk bekerja mencari mutiara. Kino pun mengayuh kanonya ke laut dan berharap ia akan mendapatkan mutiara cukup banyak supaya bisa membayar sang dokter agar mau mengobati puteranya. Sesampai di laut, Kino pun turun dari kano untuk menyelam ke dasar mencari tiram sementara Juana menunggu di atasnya sambil membalut luka Coyotito dengan ramuan obat dari dedaunan. Sementara Kino menyelam diantara bebatuan dan karang, ia melihat sebuah tiram yang berukuran sangat besar tergeletak sendirian tertutup oleh pasir dan tumbuhan laut. Kino kemudian mengambilnya dan membawanya ke atas kano. Lalu ia dengan gemetar membuka tiram itu, sementara istrinya menahan nafas saat tiram itu dibuka. Setelah tiram tersebut terbuka lebar, Kino dan Juana seakan terbelalak melihat sesuatu di hadapan mereka. Sebuah mutiara yang sangat besar dan indah yang belum pernah mereka lihat sebelumnya. Dengan hasil temuannya tersebut Kino berteriak keras sehingga para nelayan mendengarnya. Dalam waktu yang singkat berita tentang penemuan 'mutiara raksasa' oleh Kino pun menyebar sampai ke penjuru desa bahkan ke kota.

Berita tentang penemuan mutiara sore itu kini telah tersebar luas. Semua orang kini seolah-olah turut ambil bagian dalam penemuan itu. Para pendeta di Gereja memikirkan tentang pembaptisan Coyotito di gereja, para pedagang memikirkan tentang menjual barang dagangannya kepada Kino, para pengemis memikirkan tentang derma yang akan mereka peroleh dari Kino. Ketika sang dokter mendengar berita tentang mutiara tersebut, ia akan menangani luka Coyotito. Terlebih lagi, para tengkulak mutiara berpikir bahwa mereka akan memperoleh untung yang sangat besar setelah membeli mutiara tersebut dari Kino dan menjualnya kembali ke kota dengan harga yang jauh lebih tinggi. Pendek kata, kini mutiara Kino sedang bermain-main di dalam imajinasi dan mimpi semua orang di La Paz. Saat ini, semua orang secara tidak langsung akan menjadi ancaman bagi Kino. Akan tetapi, Kino dan Juana tidak tahu akan hal ini....

Seolah tertarik oleh kekuatan magnet mutiara Kino, pendeta dari gereja dekat desa Kino datang ke gubuk tempat Kino tinggal. Kehadiran pendeta yang ganjil ini membuat Kino merasakan suatu kekhawatiran.  Sang pendeta mengingatkan Kino bahwa ia harus menyumbangkan sebagian uangnya untuk gereja. Tak lama kemudian datanglah sang dokter yang berdalih akan mengobati Coyotito yang saat itu kondisinya telah membaik. Ia mengintimidasi Kino bahwa jika Coyotito tidak segera diberi obat maka nyawa anaknya akan terancam. Akhirnya Kino membiarkan dokter itu mengobati anaknya. Sebelum pamit dokter mengingatkan Kino untuk membayar biaya pengobatan setelah mempunyai uang. Setelah dokter pergi, Kino mengambil mutiaranya dan menguburnya dibawah tanah dalam gubuknya. Ia pun pergi tidur.

Malam kian larut ketika tiba-tiba telinga Kino mendengar suara berisik di semak-semak luar gubuknya. Ia pun keluar dengan sebilah belati di tangannya. Beberapa saat kemudian terjadilah perkelahian antara Kino dan orang tak dikenal, kemudian suasana menjadi sepi kembali. Kino masuk kembali ke dalam gubuk dan bercerita kepada istrinya. Lalu Juana menyuruh Kino untuk membuang saja mutiara itu supaya keselamatan mereka tidak terancam. Tetapi Kino sudah bertekad untuk tetap mempertahankan mutiara berharganya.

Keesokan harinya, Kino berangkat menuju kota untuk menjual mutiaranya. Seluruh kota seakan telah bersiap-siap menjadi saksi peristiwa yang langka itu, dimana seorang miskin menjual mutiara yang sangat besar. Mereka ingin mengetahui apa yang akan terjadi kemudian. Bagi Kino hari ini adalah sebuah titik balik dalam hidupnya, dimana setelah menjual mutiaranya, dia akan menjadi orang yang kaya-raya. Sekali lagi Kino diikuti oleh semua tetangganya dan seperti sebuah pasukan, barisan itu berjalan menuju kota.

Di kota, tengkulak mutiara yang pertama menawar mutiara Kino dengan harga yang sangat rendah dibandingkan dengan indahnya mutiara Kino. Begitu juga dengan para tengkulak yang lainnya, mereka juga menawar mutiara Kino dengan harga yang sama rendah seolah-olah mereka telah bersekongkol sebelumnya.
Mengetahui akan hal itu, Kino Marah dan tidak akan menyerahkan mutiaranya kepada para tengkulak tersebut. Dia akan pergi ke luar kota untuk menjualnya dan membawa kembali mutiaranya pulang. Dan sekali lagi, ketika malam tiba Kino diserang oleh orang-orang yang tak dikenal dan kali ini Kino harus membunuh penyerang tersebut.

Keesokan harinya di pagi buta, Kino dan Juana dengan menggendong Coyotito bergegas menuju kanonya untuk berangkat ke luar kota. Setiba di pantai, Kino melihat kanonya telah dirusak. Kemudian mereka kembali ke gubuk dan Kino melihat lagi gubuknya sudah dilalap api. Akhirnya mereka berlindung ke rumah saudara Kino. Disana mereka bersembunyi sampai malam. Ketika malam telah larut,  kino, Juana dan Coyotito berjalan kaki menyusuri pantai menuju luar kota. Mereka memutuskan untuk mencari jalan yang belum pernah dilewati untuk menghindari orang-orang yang menginginkan mutiaranya. Sesampai di hutan mereka beristirahat. Saat Juana sedang tertidur, Kino melihat bahwa di kejauhan ada tiga orang yang mengikuti jejaknya. Mengetahui hal itu mereka kembali melanjutkan perjalanan ke gunung. Mereka tiba di gunung menjelang malam hari. Lalu Kino memutuskan untuk beristirahat di sebuah goa di atas bukit. Ketika mereka beristirahat, Kino kembali melihat tiga orang tadi dan kali ini mereka berada sangat dekat dengan tempat persembunyiannya. Mereka juga tengah beristirahat.

Kino lalu berencana untuk menyerang ketiga orang itu dan meninggalkan Juana di dalam goa supaya aman namun Juana tidak menyetujuinya. Tetapi sudah tidak ada pilihan lain kecuali membunuh orang-orang tersebut supaya mereka bisa pergi dengan aman. Akhirnya Kino pun meninggalkan istri dan anaknya. Ia mengendap-endap diantara semak belukar menuju tempat istirahat ketiga orang itu. Ketika Kino akan menghujamkan belatinya ke tubuh salah seorang dari mereka, tiba-tiba terdengar suara tangisan dari atas goa. Mendengar itu salah satu dari ketiga orang yang membawa senjata berdiri dengan senapan siap di tangnnya. Kino yang masih mengacungkan belatinya menahan nafas. Tangisan itu berhenti, dan pria bersenapan menurunkan senjatanya. Lalu tangisan terdengar lagi dan kali ini pria itu langsung menembakkan senapannya ke arah tangisan tadi. Seiring dengan tangisan Juana dan teriakan kematian dari Coyotito, Kino dengan membabi buta menyerang ketiga pria itu. Akhirnya terjadi perkelahian sengit antara Kino dengan tiga orang tersebut. Kino berhasil membunuh mereka walaupun dengan perasaan yang tidak menentu. Setelah itu ia dengan membawa senapan bergegas menuju goa tempat Juana berada. Kesedihan dan kemarahan berkecamuk di dalam goa.

Dengan langkah gontai, Kino dengan senapan terkalung di lengannya dan Juana dengan bungkusan kain penuh darah di pelukannya, berjalan menuju La Paz. Di sepanjang jalan semua orang seakan membisu menyaksikan apa yang mereka lihat. Iring-iringan Kino dan Juana terus melangkah, melewati bekas gubuk mereka yang telah rata dengan tanah, melewati kano mereka yang sudah separuh tenggelam, tanpa menoleh sedikitpun. Tatapan mereka lurus dan kosong, menuju ke pantai. Sesampai di tepi pantai, Kino mengeluarkan mutiaranya. Ia menggenggamnya erat-erat, mengangkatnya tinggi-tinggi, lalu melemparkannya jauh-jauh ke tengah laut. Mereka memandangi mutiara itu melayang di udara, kemudian jatuh ke laut dan menghilang dari pandangan. Irama keindahan dari mutiara raksasa tersebut lambat laun lenyap ditelan samudera, dan kini yang tersisa hanyalah sebuah melodi pahit yang memilukan hati. 

Baca: Sinopsis novel The Pearl versi Bahasa Ingris

References:
Hillegas, C.K. 1966. Cliffs Notes on Steinbeck's The Pearl. U.S.A.: Cliffs Notes Inc.
Steinbeck, John. 1947. The Pearl. New York: The Viking Press, Inc.
Young, Margaret. 1983. John Steinbeck: The Pearl. Hong Kong: Sing Cheong Printing Co. Ltd..

Pada postingan saya selanjutnya akan membahas tentang analisa dari novel The Pearl karya John Steinbeck yang mencakup:
  • Biografi John Steinbeck
  • Unsur Intrinsik novel The Pearl
  • Unsur Ekstrinsik Novel The Pearl
  • Karya-karya John Steinbeck






Tidak ada komentar: